Senin, 14 Februari 2011

BELAJAR BERORGANISASI










Oleh HASAN SYUKUR

ADA sebuah cerita menarik. Konon, keberhasilan Indonesia dalam menyelesaikan masalah GAM di Helsinki karena Jusuf Kalla, Wapres RI yang memimpin delegasi Indonesia, menggunakan pendekatan PII. Boleh jadi cerita ini benar. Jusuf Kalla adalah bekas aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) Sulawesi Selatan yang kini menjadi Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Keluarga Besar PII. Di lain pihak, Hasan Mohammad Tiro dan para petinggi GAM lainnya, adalah bekas aktivis PII Aceh.

Dengan pendekatan itu akhirnya delegasi Indonesia bisa ”menjinakkan” gerakan separatis itu. GAM menerima solusi perdamaian. Kamis (27/4) para petinggi GAM bertamu ke Istana Wapres. Mereka menyatakan, secara alami GAM akan membubarkan diri.

Prestasi monumental ini tidak lepas dari visi dan misi organisasi pelajar ini. Dalam perjalanannya, PII memang selalu seiring dengan perjalanan sejarah perjuangan bangsa. PII bersama-sama unsur dan kekuatan bangsaIndonesia lainnya selalu berdiri di garis terdepan dalam membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sejak awal, organisasi ini memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya terhadap agama, bangsa dan negara serta keyakinannya akan kebenaran Islam dalam menciptakan masyarakat adil, sejahtera tenteram dan damai yang diridai Allah SWT. (baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur).

Untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa misalnya, pada awal kebangkitannya mendirikan ”Brigade PII”. Dalam resepsi Harba PII ke-1 tanggal 4 Mei 1948, Panglima Besar Jenderal Soedirman hadir dan memberikan sambutan, ”Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada anak-anakku PII, sebab saya tahu bahwa telah banyak korban yang diberikan oleh PII kepada negara. Teruskanlah perjuanganmu, hai anak-anakku PII, negara kita adalah negara baru, di dalamnya penuh onak dan duri, kesukaran dan rintangan banyak kita hadapi. Negara membutuhkan pengorbanan pemuda dan segenap bangsaIndonesia,” katanya.

Dalam menghadapi pemberontakan Gestapu/PKI tahun 1965 bersama ABRI dan kekuatan lainnya merupakan kekuatan utama dalam menumpas pemberontakan tersebut. PII menjadi pelopor dan kekuatan utama Kesatuan Aksi Pemuda PelajarIndonesia (KAPPI). Dalam pengembangan wawasan dan intelektual, PII organisasi pelajar pertama yang menjalin kerja sama tukar- menukar pelajar dengan Amerika Serikat melalui American Field Service (AFS). Alumninya, antara lain Z.A. Maulani, Taufiq Ismail, Dawam Rahardjo, Arief Rahman, Tanri Abeng, dan Sugeng Sarjadi.

Kamis 4 Mei organisasi ini genap berusia 59 tahun. Peringatan berdirinya PII biasa disebut Hari Bangkit (Harba). Tak ada upacara seremonial. Biasanya cukup mengucapkan rasa syukur diiringi dengan doa, agar kiprah PII di masa depan lebih bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara. Upacara memperingati ulang tahun dengan pesta bukan tradisi PII. Landasan berdirinya organisasi yang mempersatukan santri di pondok-pondok pesantren dan sekolah umum itu adalah Q.S. Ali Imron :104 : ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, mengajak kepada yang makruf dan mencegah yang munkar; dan merekalah orang-orang yang beruntung.”

Sejak organisasi pelajar ini didirikan di Yogyakarta 4 Mei 1947 sampai kini sudah banyak kader yang dihasilkan oleh PII. Mereka tersebar di berbagai lini di kota-kota sampai ke desa-desa di seluruhIndonesia , berperan sebagai perekat umat. Ada K.H. Hasyim Mujadi, Ketua PB NU, ada Prof. Dr. Din Syamsudin, Ketua PP Muhammadiyah, ada Jusuf Kalla, Ketua DPP Golkar dan Wapres RI, ada Dr. Hidayat Nurwahid bekas Presiden PKS dan kini Ketua MPR RI, ada Moh. Husni Thamrin, Wakil Ketua DPR RI, ada Taufiq Ismail, penyair, ada Dahlan Iskan ”raja Koran” Grup Jawa Pos. Di KabinetIndonesia Bersatu tercatat sedikitnya 9 menteri, antara lain, Sudi Silalahi, Sofyan Djalil dan Maftuh Basyuni, plus Jusuf Kalla sebagai wakil presiden.

Mereka berperan aktif dalam pembangunan umat Islam dan bangsa Indonesia. Agar peran mereka dapat meningkat dan lebih efektif serta berdaya guna, kini mereka dihimpun dalam Perhimpunan Keluarga Besar PII. ( Perhimpunan KB PII) pada 23 Mei 1998 di Jakarta. Perhimpunan ini berakidah Islam dan berasas Pancasila. Dengan tujuan tercapainya kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam bagi bangsaIndonesia dan seluruh umat manusia.

Ketua perhimpunan pertama, terpilih Letjen Z.A. Maulani bekas Ketua Pangdam Tanjungpura dan Kepala Badan Kontak Intelijen Negara (Kabakin) pada periode Presiden B.J. Habibie. Beliau memimpin organisasi ini dua periode, sampai wafatnya beberapa bulan lalu. Kini Perhimpunan KB PII dipimpin oleh Prof. Dr. Ryaas Rashid, bekas Menteri Otda. Ryaas mantan Ketua PII Cabang Bone, Sulawesi Selatan.

Nama PII tidak bisa lepas dari sosok Mohammad Joesdi Ghazali. Dialah orang yang mendapatkan ide lahirnya organisasi pelajar ini. Ceritanya, 25 Februari 1947, di tengah malam yang sunyi, ia bersujud di Masjid Kauman, Yogyakarta. Dalam benaknya sedang menggagas untuk membuat sebuah organisasi yang menampung kegiatan pelajar muslim. Tapi tidak tahu harus dengan nama apa. Maka, pada saat tahajud itulah ia mendapatkan nama ”Pelajar IslamIndonesia”.

Agama dan negara menjadi bagian latar belakang berdirinya PII. Perdebatan politik tentang dasar negara sedang menjadi isu sentral pada waktu itu. Agama dipahami oleh mayoritas masyarakat bagian yang terpisah dari negara (sekularisme). Alam pemikiran dikotomis yang memisahkan antara keduniaan dan dan keakhiratan ini adalah warisan penjajah Belanda. Alam pemikiran sekularis ini diwariskan kepada bangsaIndonesia, karena bagi penjajah sekularisasi itu sangat menguntungkan.

Yang menjadi keprihatinan Joesdi adalah warisan pola pikir sekuler itu telah membias pada masyarakat pelajar. Sehingga antara pelajar sekolah umum dan pelajar santri (pondok pesantren) saling berolok. Dengan demikian, bagaimana umat Islam akan menang untuk dapat membangun bangsa dan negara kalau sejak masa pelajarnya saja sudah terpecah belah, pikirnya.

Joesdi menginginkan agama dan negara bukan sesuatu yang terpisah. Karena itu dikembangkan pemikiran, bahwa ilmu pengetahuan keagamaan dan ilmu pengetahuan keduniaan itu adalah satu. Dari pemikiran itu, diharapkan PII akan dapat melahirkan kader intelek yang kiai dan kiai yang intelek. Joesdi mengembangkan pemikiran yang integral sebagaimana yang populer sekarang penguasaan imtaq (iman dan taqwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi). Di samping itu pada waktu itu sudah berkembang pemikiran yang khilafiah. Joesdi berusaha mengeliminasinya. Ternyata pemikiran ini diterima berbagai pihak. Dengan demikian PII merupakan organisasi lintas aliran dan pemahaman yang independen.

Entah sudah berapa juta anak bangsa ini yang telah tersentuh oleh PII. Secara kuantitatif memang tidak ada data yang pasti. Tapi dilihat dari penyebarannya yang merata ke seluruh penjuru tanah air, PII telah menyumbangkan kader-kadernya kepada bangsa dan negara. Produktivitas kader itu dimungkinkan oleh berbagai training mulai Mapratta (Masa Pra Penerimaan Anggota), leadership training, Student Work Camp (Perkampungan Kerja Pelajar), Mental Training (Mentra) dan Leadership Advance Training.

Training-training ini merupakan wahana demokrasi, dimana setiap peserta dirangsang untuk mengekspresikan dirinya, dalam topik-topik diskusi, berani berpendapat, tapi juga siap menghargai perbedaan pendapat. Itulah hakikat demokrasi Inilah jantung kehidupan PII. Jasa terbesar PII adalah memperkenalkan anak umat akan perjuangan dan pengabdian pada agama dan bangsa. Dalam berbangsa, Islam tidak bisa dikedepankan hanya dengan ideologi dan simbol-simbol. Sejatinya agama adalah membangun peradaban manusia di muka bumi. Inilah kuncinya, kenapa kader PII ada di mana-mana. Pantang putus tali silaturahmi meski berbeda pendapat. Barangkali inilah makna Hadis Nabi, ”Pebedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat.” Joesdi telah memulainya sejak 59 tahun silam.

Kini santri yang menamatkan kuliah di Harvard University Amerika Serikat itu tidak menyaksikan lagi hasil gagasannya. Menjelang usia PII tepat setengah abad (Hari Bangkit -Harba- ke-50), beliau meninggalkan kita, tepatnya 11 Maret 1997. Selamat Hari Bangkit PII ! Semoga perananmu tetap menjadi kader-kader bangsa yang rahmatan lil alamin, subjek dinamis yang mampu mengarahkan arah tujuan bangsa menuju terwujudnya masyarakat baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur.***

Penulis, wartawan senior, Ketua Kajian Sosial Politik Perhimpunan KB PII Jawa Barat.

ARTI DARI LAMBANG PELAJAR ISLAM INDONESIA


 
 
 
 
1. Lambang Pelajar Islam Indonesia (PII) adalah tanda pengenal tetap yang mengkiaskan sifat, keadaan, nilai dan norma yang dimiliki oleh setiap kader PII sesuai dengan cita-cita PII. Lambang PII ini diciptakan oleh Kanda Joesdi Ghozali sebagal perintis bangkitnya PII, dan untuk pertama kalinya diperkenalkan pada acara Kongres Ke-3 PII pada tanggat 27-31 Maret 1950 di Bandung.

2. Bentuk Lambang PII terdiri dari

o a.Bulan Bintang
* b.Kubah Masjid
* c.Empat Tingkat Bangunan
* d.Tujuh teratak tangga
* e.Buku, pena dan kitab
* f.Lima kelopak bunga
* g.Pita bertuliskan PII
* h.Lingkaran segitiga


3. Pengertian Bentuk Lambang

* a.Bulan Bintang berada di puncak lambang menunjukkan ketinggian Islam sebagai cita-cita yang diperjuangkan PII
* b.Qubah Masjid dengan lengkungan yang membusung melambangkan keagungan dan kebesaran Islam sebagai ruh perjuangan PII
* c.Empat tingkat bangunan memberikan makna bahwa PII dalam membangun pendidikan dan kebudayaan dengan landasan yang kokoh dan kuat. Angka empat merupakan tanggal kebangkitan PII.
* d.Tujuh teratak tangga menunjukkan bahwa PII dalam perjuangan mencapai tujuannya disusun secara teratur, bertahap dan sistematis. Angka tujuh yang dikombinasikan dengan angka empat merupakan tahun kebangkitan PII (1947)
* e.Lima kelopak bunga menunjukkan bahwa PII dalam setiap gerak dan langkahnya selalu berpegang teguh pada prinsip-ptinsip Islam yang tercermin dalam rukun Islam yang lima. Angka Lima menunjukkan bulan Mei, bulan kebangkitan PII.
* f.Suku, pena dan kitab memberi makna bahwa PII mengajak kepada anggota untuk selalu belajar, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Al Quran.
* g.Segitiga melingkari lambang menunjukkan bahwa segenap usaha PII mengarah pada satu tujuan yaitu mengabdi dan diridhoi Allah SWT.
* h.Pita betuliskan PII menunjukkan identitas PII sebagal organisasi yang dinamis.


4. Pengertian Wama Lambang

* a.Warna hijau pada bentuk lambang PII menunjukkan kedamaian dalam gerak dan langkah memperjuangkan dan menyebarkan nilai-nilai Islam
* b.Warna merah putih pada garis pita sebelah luar menunjukkan jiwa dan komitmen PII kepada bangsa dan negara Republik Indonesia sebagai wilayah dakwah
* c.Warna biru pada lingkaran segi tiga menunjukkan kesetiaan dan komitmen PII pada pendidikan dan kebudayaan sebagai sasaran dakwah
* d.Warna putih pada tubuh lambang menunjukkan kesucian misi dan eksistensi yang diemban PII


5. Kesimpulan Arti Lambang

* Kesempumaan pendidikan dan kebudayaan bagi segenap rakyat Indonesia dan ummat manusia.


6. Perbandingan Ukuran Lambang

* Lambang PII dibuat dengan ukuran lebar berbanding tinggi adalah tiga berbanding empat.

Minggu, 13 Februari 2011

SEJARAH PII DI MESIR



Periode 1996-1998.

Kehadiran rakanda Hakam Naja (mantan Ketua Umum Pengurus Besar PII periode 1995-1998) ke Mesir pada tahun 1996 merupakan embrio ataupun gagasan berdirinya Perwakilan PII Republik Arab Mesir. Kedatangan beliau ke Mesir, selain ziarah kepada keluarganya yang sedang belajar di Mesir, juga lawatan beliau ke beberapa negara sebagai financial Secretary di IIFSO (Islamic Federation of Students Organization). Pada awalnya, lontaran ide dari rakanda Hakam Naja nyaris kandas, karena kurang mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia Cairo. Bahkan rapat perdana hay’ah ta’sîsiyah (perhimpunan pendiri) sempat terancam gagal, karena banyak person yang menyatakan abstain dengan ide pendirian perwakilan PII di Mesir. Sikap abstain muncul merupakan akibat dari sikap pro-kontra terhadap rencana pendirian Perwakilan PII, baik dikalangan Keluarga Besar PII, maupun dari kalangan masyarakat Indonesia Cairo.

Mereka yang setuju berdirinya PII, karena memandang visi dan misi PII yang tetap eksis dan istiqâmah di orde baru. Sedangkan yang tidak setuju, mereka beralasan khawatir kehadiran PII akan mengancam dan menyaingi keberadaan organisasi yang lain yang rata-rata aktifis PII duduk pada posisi strategis di berbagai organisasi Cairo dan takut PII akan mempersempit peta gerakan organisasi mahasiswa di Mesir. Juga alasan yang paling mendasar adalah karena PII dalam Anggaran Dasarnya masih menolak asas tunggal Pancasila. Pada waktu itu reformasi belum bergulir dan eksistensi PII masih dipandang sebagai “anak nakal” di mata penguasa karena menantang UU No 8 tahun 1995. Saat itu PB PII sedang melakukan registrasi ke Departemen Dalam Negeri sebagi proses legalisasi kelembagaan PII yang sempat dibekukan oleh pemerintah.

Al-hamdulillâh, berkat rahmat Allah dan kegigihan para hay’ah ta’sîsiyah dan Ketua Umum PB PII, dalam melobi pihak-pihak yang kurang setuju lahirnya Perwakilan PII, maka pada hari 1 Syawwal 1417 H diselenggarakan sebuah pertemuan dan saudara M. Acung Wahyudi terpilih secara aklamasi dan kekeluargaan sebagai Ketua Umum Pengurus Perwakilan periode 1996-1998. Para kader PII berusaha meyakinkan pihak-pihak yang kurang menerima kehadiran Perwakilan PII Mesir. Bahkan, kanda Hakam Naja bersedia datang ke Mesir yang kedua kalinya untuk hal tersebut. Sebagai langkah awal dalam mensosialisasikan Perwakilan PII Republik Arab Mesir, maka pada tanggal 1 November 1997 digelar acara silaturrahmi dan temu kader PII yang bertema: “Pemberdayaan Kader PII menghadapi era globalisasi untuk memenangkan kompetisi antar bangsa” di rumah salah seorang home staff KBRI, juga sebagai Keluarga Besar PII, bapak MHK. Wiharja Atmaja. Selanjutnya tanggal 1 November 1997 inilah Perwakilan PII Republik Arab Mesir secara resmi berdiri.

Pada periode ini, program lebih banyak difokuskan pada konsolidasi internal. Baru setelah turun SK dari PB nomor: PB/sek/02/VI/1419-1998 bahwa Mendagri; Letjend. Pur. Syarwan Hamid telah menyatakan legalitas PII di tanah air yang secara yuridis formil dapat melaksanakan segala aktivitasnya kembali setelah masa kevacuman sejak tahun 1987. Maka Perwakilan PII berusaha mensosialisasikan legitimasi ini sekaligus melaporkannya ke pihak yang terkait, yaitu Duta Besar RI bapak Dr. Nur Hasan Wirayuda dan Atase Pendidikan, Kepala Bidang Penerangan, Kabidpol dan Atase Pertahanan KBRI Mesir. Sejak inilah Perwakilan PII mulai berkiprah secara eksternal di Mesir.

Periode 1998-2000.

Pada tanggal 1 November 1998 diselenggarakan Konferensi I Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir, maka Kemimpinan fatrah ta’sîsiyah yang diketuai oleh M. Acung Wahyudi berakhir dan terpilihlah saudara Abdullah Hakam Syah sebagai Ketua Umum Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir Periode 1998-2000.

Dengan slogan “Tandang ke gelanggang meski seorang” periode ini mulai menata Perwakilan PII Republik Arab Mesir. Pada tahun pertama pada periode ini, program kerja dan pola pergerakan organisasi lebih ditekankan pada empat kebijakan umum, yaitu: pertama, membangun network ke berbagai pihak yang berkompeten. Baik itu para perwakilan RI di Mesir; para diplomat KBRI, masyarakat Indonesia Mesir, ataupun ke PB PII di Jakarta, dan ke Keluarga Besar PII, kedua: melakukan konsolidasi internal dengan intens merangkul kader-kader PII yang sedang belajar di Mesir, ketiga: meneguhkan citra PII di tengah-tengah masyarakat/mahasiswa Indonesi Mesir, dan keempat: melobi para KB PII dalam menggalang dana organisasi.

Dengan empat kebijakan itu, al-hamdulillâh, keberadaan PII di Mesir mulai diperhitungkan. Apalagi setelah kehadiran rakanda Djayadi Adnan (Mantan Ketua Umum PB PII Periode 1998-2000) Perwakilan PII mendapat kepercayaan untuk membina siswa-siswi Sekolah Indonesia Cairo (SIC).

Follow up dari kebijakan dan hasil tahun pertama, Pengurus Perwakilan PII Mesir periode 1998-2000 menekankan program kerja

pada penguatan basis pelajar di Sekolah Indonesia Cairo (SIC). Diantara kegiatan yang digelar yaitu Pesantren Kilat (baca; Training) Ramadlan disingkat PKR. Kemudian dari acara PKR ini dilanjutkan dengan kegiatan rutin dwi mingguan dalam bentuk Forum Pacu Prestasi Studi (Forpasdi), tadabbur alam, qiyam al-lail, diskusi remaja, dll.

Juga pada periode ini, secara aktif meneguhkan citra PII di Masico dan lembaga keilmuan-keislaman di Mesir. Bahkan, kedatangan rakanda Djayadi diterima baik oleh beberapa institusi dan individu, diantaranya Fahmi Huwaedi (kolomnis senior Mesir), IIIT, Lembaga Riset al-Ahrâm, Grand Syaikh al-Azhar, dll.

Periode 2000-2002.

Periode ini mulai pada tanggal 1 November 2000, tepatnya pada acara Konferensi II Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir di sekretariat PII di al-Hayyu al-Sâbi’. Estafeta kepemimpin dilanjutkan oleh ketua terpilih, yaitu Ramat Tahir.

Sebuah harapan, periode ini akan melakukan gebrakan-gebrakan baru, atau minimalnya akan melanjutkan hasil-hasil yang telah dicapai dari dua periode sebelumnya. Hanya saja, sejarah berkata lain. Perwakilan PII Republik Arab Mesir hampir layu sebelum berkembang, atau dengan kata lain, “Hidup segan matipun tak mau”.

“Bila benda bengkok, maka bayangannya pun akan ikut bengkok.” Pepatah ini berlaku pada periode ketiga Perwakilan PII Republik Arab Mesir. Karena Ketua Umumnya kurang konsentrasi menjalankan roda organisasi, maka para pengurus dan anggota PII yang lainpun satu persatu surut dari dinamika pergerakan Perwakilan PII Mesir. Lebih parahnya lagi, setelah kepulangan Ketua Umumnya ke Indonesia tanpa “pamit” dan tidak melimpahkan jabatan dalam bentuk apapun, baik itu di PJS-kan, atau mengundurkan diri, atau didelegasikan. Yang jelas kepulangan Rahmat Tahir ke Indonesia secara organisatoris tidak memberikan mandat apa-apa.

Diperparah lagi, para pengurus teras atasnya; Badan Pengurus Harian (BPH), tidak mengambil alih tugas Ketua Umum. Pengurus Perwakilan PII Republik Mesir Periode 2000-2002 tak ubahnya anak Ayam yang kehilangan induknya.

Akhirnya, aktivitas Perwakilan PII menjadi surut. Program pembinaan siswa-siswi SIC menjadi agak mandeg. Kegiatan yang digelar hanya beberapa kali saja. Jangankan untuk menggelar acara-acara, rapat pengurus saja sangat jarang.



Periode 2002-2008.



Konferensi III Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir pada tanggal 14 September 2002 di Wisma Nusantara Cairo, menjadi tonggak kepemimpinan Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir periode 2002-2004. Konferensi yang bertema, “Reaktualisasi Tri Komitmen PII Sebagai Tranformator Peradaban Islam”, memberikan amanat kepada Udo Yamin Efendi Majdi untuk memimpin kepengurusan selanjutnya.

Diawali dari periode ini sejarah pergerakan PII Mesir kembali muncul ke permukaan, diantaranya adalah; memperjelas ladang garap Perwakilan PII Mesir yakni, SIC (Sekolah Indonesia Cairo), Mahasiswa Indonesia Kairo dan Umat; yaitu beberapa kader PII yang tersebar juga di beberapa perwakilan organisasi massa (Ormass) Islam antara lain NU (Nahdlatul Ulama), Persis (Persatuan Islam), Muhammadiyyah dan Al-Washiliyah, kemudian terselenggaranya latihan kepemimpinan yang bernama Leadership Traning for Studant (Leadtras) I bagi masisir.

Hingga pada akhirnya Konferensi IV PII Mesir pun diselenggarakan pada tanggal 26 Juli 2004 di tempat yang sama. Saudara Aulia Ulhaq Marzuki sebagai ketua terpilih periode 2004-2006 melanjutkan estafeta kepengurusan sebelumnya, yakni mempertegas kembali ketiga lahan garap PII. Muktamar Nasional (Muknas) XXIV PII di Banjarmasin memberikan kado tersendiri bagi PII Mesir berupa perubahan nama dari Perwakilan (Pwk) menjadi Pengurus Wilayah Istimewa (PWI). Perubahan tersebut sedikit banyak turut memperngaruhi pola kerja PII Mesir waktu itu, diantarannya adalah sistem training yang sebelumnya bernama leadtras dapat difollow up menjadi Leadership Basic Training (LBT) PII. Namun pada Muknas XXV di Samarinda status PWI untuk PII luar negeri kembali menjadi Pwk.

Konferensi Perwakilan V (saat itu bernama Konferensi Wilayah Istimewa) pada tanggal 02 Juli 2006 pun tiba, Saudara Rashid Satari meneruskan kepemimpinan saudara Aulia Ulhak Marzuki untuk periode 2006-2008. Konferensi perwakilan kali ini memberikan berbagai amanah kepada pengurus yang terangkum dalam Master Plan untuk dua periode (empat tahun) hingga 2010. Beberapa diantaranya direkomendsikan kepada kepengurusan saudara Rashid Satari yaitu kaderisasi Pwk PII Mesir untuk menghasilkan kader-kader instruktur yang dapat menjalankan sistem ta’dib par exellence, pembentukan komunitas bahasa asing dan pelaksanaan Advanced Leadership Traning (ALT).

Walaupun ALT belum bisa terlaksana dikarenakan oleh beberapa sebab, kepengurusan periode kali ini akhirnya mencari alternatif lain yakni, pelaksanaan Leadership Intermediate Trainig (LIT) yang pertama kalinya di Mesir, dan sebagai follow up dari trainig sebelumnya, yakni LBT. Disamping itu pembentukan komunitas bahasa asing pun dapat terlaksana dengan terbentuknya Lembaga Bahasa Asing PII Mesir atau lebih dikenal dengan Language Community (LC) PII. Keberadaan LC sendiri menjadi salah satu pintu gerbang bagi Masisir untuk mengenal PII sehingga pada tanggal 09, 11 dan 14 April 2007 terselenggara acara massif “Debete Contest and English Fun Day” yang bekerja sama dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Mesir, Bapak Drs.Slamet Sholeh, M.Ed dan ditujukan bagi Masisir termasuk para Pelajar di SIC, kemudian diskusi bahasa arab dan inggris pada tiap minggunya juga mengadakan kursus bahasa Mandarin. Selain itu PII Mesir periode 2006-2008 pun ikut berpartisipasi aktif bersama PPMI dalam hajatan besar lokakarya (12-13 April 2008) sebagai upaya memetakan permasalah dan solusi atas problem akademis Masisir.

Kehadiran Website PII Mesir baru dapat diakses pada periode kali ini setelah dua tahun sebelumnya lauching di Mesir, dengan situs www.pii-mesir.org disamping adanya milis PII Mesir yang menjadi wadah silaturahim on line kader dan Keluarga Besar (KB) PII baik yang berada di Mesir maupun Indonesia juga di negara-negara lainnya seperti Malaysia, Jepang dan Amerika Serikat.

Konferensi Perwakilan VI PII Mesir pada tanggal 14 Agustus 2008 di Aula Pasangrahan Jawa Barat menjadi akhir masa kepengurusan saudara Rashid Satari, dengan terpilihnya saudara Andy Hariyono sebagai ketua Umum Pwk PII Mesir periode 2008-2010. Sebagai Mendetaris konferensi VI, periode kali ini masih melanjutkan amanah master plan baik yang belum terlaksana dari periode sebelumnya, juga agenda master plan yang telah dirancang dua tahun sebelumnya untuk diselesaikan pada perode kali ini, diantaranya adalah; Kaderisasi pada tahap kwantitas kader dan kaderisasi pada tahap meningkatkan kwalitas kader dari segi keislaman, keilmuan keintelekualan dan skill individu serta mengupayakan terlaksananya Advanced Leadership Traning (ALT) dan Pendidikan Instruktur Dasar (PID) di Mesir

PROFIL PELAJAR ISLAM INDONESIA

 
 
 
 
 
Profil
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
(Indonesia Moslem Students’ Association)

Kantor Pusat
Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII)
Jl. Menteng Raya 58 Jakarta, Indonesia 10340
Phone/Fax. 62-21-3153572

SEJARAH KEBANGKITAN PII

Pelajar Islam Indonesia secara resmi bangkit pertama kali 4 Mei 1947 di kota perjuangan Yogyakarta oleh beberapa intelektual muda ternama saat itu antara lain ; Yoesdi Ghazali , Anton Timur Jaelani, Amin Syahri dan Ibrahim Zarkasy. Salah satu faktor yang melandasi kebangkitan PII adalah adanya dualisme dalam sistem pendidikan terhadap umat Islam Indonesia oleh penjajah Belanda yaitu pesantren dan sekolah umum. Pesantren memiliki orientasi esakatologis sementara sekolah umum berorientasi pada duniawi. Sebagai konsekuensi dari dualisme sistem ini para siswa terpecah menjadi dua kubu dan saling mengejek. Para santri mengklaim sekolah umum sebagai sekolah sekuler yang tidak percaya pada Tuhan, sistem pendidikan warisan penjajah Belanda dan mengkafirkan para siswa yang belajar di sekolah umum. Pada sisi yang lain, pelajar dari sekolah umum mengejak santri sebagai pelajar yang tradisional, kuno, konserfatif dan ketinggalan jaman.

Pada saat itu telah ada organisasi yang bernama Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Akan tetapi organisasi ini tidak mampu mengakomodasi aspirasi santri, sehingga tidak dapat mempertemukan dua kelompok pelajar yang saling bertentangan ini. Menyadari realitas sosial ini, ketika itu ada seorang pemuda Islam bernama Yoesdhi Ghozali yang melakukan iktikaf di Masjid di Yogyakarta dan pada tanggal 25 Pebruari 1947 mendapat ilham untuk mendirikan suatu organisasi yang dapat mengakomodasi pelajar Islam baik dari pesantren maupun sekolah umum. Gagasan ini kemudian disampaikannya di SMP N 2 Secodiningrat, Yogyakarta. Teman-temannya yang menghadiri pertemuan itu adalah Anton Timur Djaelani, Amien Syahri, dan Ibrahim Zarkasyi juga semua audiens menyetujui untuk mendirikan suatu organisasi untuk pelajar muslim yang akan menampung pelajar dari sekolah umum dan pesantren. Kesepakatan ini kemudian dipresentasikan dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) pada tanggal 30 Maret s.d. 1 April 1947. Mayoritas dari peserta kongres menyetujui gagasan tersebut. Bahkan kongres kemudian menetapkan untuk menggabungkan divisi/bidang kepelajaran dari GPII ke dalam PII. Selain itu para peserta kongres juga diminta untuk membantu dan memudahkan pendirian cabang-cabang PII di seluruh Indonesia.


Sebagai tindak lanjut dari ketetapan kongres, diadakanlah suatu pertemuan di Kantor GPII di Jalan Margomulyo 8 Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947. Pertemuan ini dihadiri oleh Yoesdhi Ghozali, Anton Timur Djaelani dan Amien Syahri mewakili Divisi Kepelajaran GPII, Ibrahim Zarkasyi dan Yahya Ubeid mewakili Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi mewakili Perkumpulan Kursus Sekolah Menengah Islam (Perkisem) Surakarta, dan Dida Gursida dan Supono NA mewakili Organisasi Pelajar Islam Indonesia Yogyakarta. Pertemuan yang dipimpin oleh Yoesdhi Ghozali ini menetapkan berdirinya suatu organisasi yang diberi nama Pelajar Islam Indonesia (PII) pada pukul 10.00 tanggal 4 Me 1947. Untuk memperingati moment pendirian PII, maka setiap tanggal 4 Mei diperingati sebagai Hari Bangkit PII, yakni sebagai kebangkitan dari gagasan yang sudah terakumulasi sebagai refleksi dari realitas sosial yang ada.


TUJUAN, TUGAS UTAMA, FUNGSI, DAN AKTIFITAS

Tujuan dari PII adalah kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam untuk seluruh rakyat Indonesia dan umat manusia.

Tugas utama dari PII adalah menyelenggarakan training, taklim, dan kursus bagi pelajar sebagai upaya untuk membentuk pelajar yang berkepribadian muslim, cendikia, dan pemimpin.

Sementara fungsi dari PII adalah sebagai tempat pembinaan pribadi muslim, sarana meraih sukses studi, media berlatih, dan alat perjuangan bagi pelajar Islam.

Untuk mencapai tujuannya, PII mengadakan kegiatan berupa:

  1. Mendidik anggotanya untuk taat kepada Allah swt
  2. Menumbuhkan kecerdasan, kreatifitas, ketrampilan, minat, dan bakat dari para anggota
  3. Mendidik anggotanya untuk menjadi independen, mampu berdiri di atas kaki sendiri tanpa tergantung pada orang lain
  4. Mendidik mental dan menumbuhkan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi anggotanya
  5. Mendidik anggotanya untuk dapat mengelola informasi global dan melindungi diri mereka dari dampak negatif yang muncul dari informasi dan budaya global.
  6. Membantu anggotanya dalam mengembangkan minat dan memecahkan masalah-masalah pelajar.
  7. Menyelenggarakan aktifitas sosial Keislaman untuk umat Islam dan non-Muslim
  8. Mengembangkan semangat dan kemampuan anggotanya untuk menguasai, menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia
  9. Mengembangkan kemampuan anggotanya untuk mempelajari, memahami, mengapresiasi dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari
  10. Menciptakan pemimpin yang memiliki pandangan hidup Islami, wawasan global yang luas, dan berkepribadian muslim di berbagai bidang.



KEANGGOTAAN
Ada empat jenis keanggotaan di PII yaitu:
  • Anggota Tunas; pelajar pada sekolah dasar
  • Anggota Muda; pelajar pada sekolah lanjutan pertama
  • Anggota Biasa; pelajar pada sekolah menengah atas/sederajat dan perguruan tinggi
  • Anggota Luar Biasa; orang asing yang belajar di Indonesia
  • Anggota Kehormatan; orang yang berjasa pada PII

KEPENGURUSAN
Pelajar Islam Indonesia (PII) memiliki empat level kepengurusan yaitu:

  1. Pengurus Komisariat; didasarkan pada kecamatan atau sekolah, atau lembaga pendidikan. Setiap komisariat terdiri dari 25 anggota.
  2. Pengurus Daerah; didasarkan pada daerah kabupaten/kota atau pesantren atau perguruan tinggi. Bila diperlukan dalam suatu kabupaten/kota dapat dibentuk dua atau lebih Pengurus Daerah dengan masing-masing anggota pengurus daerah berjumlah 100 orang.
  3. Pengurus Wilayah; berbasis di propinsi. Namun demikian tidak menutup kemungkinan dalam satu propinsi berdiri dua pengurus wilayah, batas-batas wilayah teritorial dari pengurus wilayah tidak selalu sama dengan pemerintah setempat.
  4. Pengurus Besar; pemegang mandat Muktamar dan merupakan institusi kepemimpinan tertinggi yang berlokasi di Jakarta, Ibu Kota Negara Republik Indonesia

Saat ini, PII memiliki 30 Pengurus Wilayah dan lebih dari 219 Pengurus Daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Disamping itu PII juga memiliki pengurus wilayah istimewa di Mesir, Malaysia, Pakistan, Suriah, Turki, dan Saudi Arabia.

Sebagai upaya untuk mengakomodasi aspirasi pelajar putri dan untuk melakukan tugas-tugas spesifik, PII membentuk dua badan otonom yaitu Korps PII Wati dan Brigade PII.

Brigade PII didirikan pada tanggal 6 Nopember 1947 dalam era revolusi fisik untuk ambil bagian dalam menjaga kemerdekaan dan kesatuan bangsa. Pendirian Brigade PII didasarkan pada latar belakang situasi pada saat itu di mana PII berpartisipasi menentang Agresi Militer I, 27 Juli 1947 sesaat setelah berlangsungnya kongres PII. pada saat ini Brigade PII berfungsi sebagai badan strategis bagi PII untuk menyedakan masukan guna mendukung pelaksanaan program.

Korps PII Wati didirikan pada 31 Juli 1964 dalam Muktamar ke-10 di Malang, Jawa Timur. Pendiriannya didasarkan pada krisis kader perempuan di PII, oleh karena itu PII Wati harus melakukan akselerasi dalam mendidik kader perempuan yang pada umumnya memiliki waktu aktif di PII lebih pendek dibandingkan pelajar putra.

PROGRAM
PII adalah gerakan pendidikan, kebudayaan dan dakwah Islam. Sebagai konsekuensinya, PII harus selalu peduli terhadap masalah-masalah berkenaan dengan tiga bidang ini. Kepedulian ini berbeda dari waktu ke waktu dan dipengaruhi situasi eksternal yang melingkupinya.

Program-program PII meliputi berbagai aktifitas, yaitu:
  • Pelatihan dan kursus untuk pelajar; seperti training kepemimpinan (tingkat dasar, menengah, dan lanjut), Training of Trainers (TOT), Perkampungan Kerja Pelajar (PKP), Kursus-kursus (Kursus Manajemen, Pelatihan Kader Muslimah, Kursus Polling, Kursus Public Relations, dll). Di samping itu, PII juga mengadaan taklim untuk mendidik anggota dan pelajar agar memiliki pandangan yang luas tentang Islam dan spirit mempraktikkan Islam dalam kehidupan nyata. Training, Taklim, dan Kursus diselenggarakan secara reguler, masif, dan terbuka. Training dan kursus diselenggarakan pada waktu liburan sekolah, sementara taklim dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan sesama anggota dan dilaksanakan sekali dalam seminggu.
  • Advokasi Pelajar; membantu pelajar dalam memperjuangkan hak-haknya, mendistribusikan beasiswa, konseling, dan sejenisnya.
  • Kelompok Seni dan Budaya Pelajar; dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok seni dan budaya untuk mendekatkan pelajar dengan seni dan budaya seperti drama dan puisi.
  • Kelompok Studi; seperti pemantau pendidikan, kelompok studi film, dan sejenisnya. Di samping kelompok studi, ada juga kelompok pecinta alam yang biasanya diorganisasikan oleh Brigade PII.

Di samping seperti gambaran di atas, kebijakan PII juga didiskripsikan dalam badan pengurus dalam beberapa bidang seperti Kaderisasi, Pembinaan dan Pengembangan Organisasi, Pembinaan Masyarakat Pelajar, dan Komunikasi Umat. Bidang-bidang ini melakukan pendekatan yang spesifik (berdasarkan karakter dan orientasi dari bidang-bidang) terhadap berbagai kegiatannya.
 
 
Sumber :
E-mail: pbpii@pelajar-islam.or.id and pbpiiku@yahoo.com
Website: www.pelajar-islam.or.id

PROFIL KORPS PII WATI




Latar Belakang Pembentukan Korps PII Wati

Gagasan pembentukan Korps PII Wati lahir di Training Centre Keputrian PII se-Indonesia yang dilaksanakan 20 sd 28 Juli 1963 di Surabaya. Kemudian dalam sidang keputrian Muktamar PII X bulan Juli 1964 di Malang, disajikan 2 prasaran yang mengantarkan terbentuknya secara resmi lembaga Korps PII Wati.
Adapun kondisi yang melatarbelakangi lahirnya Korps PII Wati terkait dalam muqadimah Peraturan Dasar Korps PII Wati adalah :

Bahwa perkembangan hidup dan prikehidupan umat Islam Indonesia di dalam menuju Izzul Islam wal Muslimin telah sampai suatu taraf dimana PII sebagai kader revolusi dan kader umat Islam memegang peranan penting dan utama di dalamnya.
Bahwa dalam mengemban amanat tersebut, tidak berbeda tugas dan tanggung jawab antara putera dan puteri, kecuali sesuai dengan fitrahnya masing-masing.
Bahwa PII didalam melaksanakan kewajiban tersebut, besarlah peranan PII Wati di dalamnya. Peranan ini perlu dipelihara, dikembangkan, dan dikekalkan dengan menciptakan
konkritisasi, harmonisasi, dan kristalisasi dari pada warganya, ….(PRT Dasar Korps PII Wati, 1964).

Status

Korps PII Wati merupakan bagian dari Pelajar Islam Indonesia (PII) dengan status Badan Otonom.

Tujuan

Terbentuknya kader-kader pelajar muslimah pemimpin yang mampu mengemban misi transformasi pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam.

Fungsi dan Usaha

Fungsi dari Korps PII Wati adalah :
1. Sebagai wadah untuk membentuk dan membangun karakter pelajar muslimah pemimpin.
2. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan potensi, citra dan peranan pelajar puteri
3. Sebagai wadah untuk membangun jaringan secara mandiri.
4. Sebagai wadah untuk mentransformasikan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :
1. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan prinsip-prinsip Islam
2. Meningkatkan keilmuan, wawasan dan mentalitas pemimpin.
3. Meningkatkan pembinaan kekaryaan di masyarakat.
4. Terlibat aktif dalam masalah-masalah pelajar puteri dan perempuan pada umumnya.
5. Membina dan mengembangkan kesadaran PII Wati sebagai agen perubah di masyarakat.

SEBUAH ASA UNTUK KOPS PII WATI






“ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S. Muhammad : 7 )

“ Barang siapa berbuat amal shalih dari laki-laki dan permpuan dan ia mukmin, maka pasti akan Kami berikan kehidupan yang baik, pasti akan memberikan pahala pada mereka dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. An-Nahl : 97)

Sejak kelahiran PII Wati 31 Juli 1964, merupakn rentan waktu yang cukup panjang bagi Korps PII Wati dalam memainkan kiprahnya sebagai salah satu Badan Otonom dalam tubuh Pelajar Islam Indonesia (PII ) yang mengkhususkan diri dalam melakukan pembinaan terhadap kader-kader puteri menuju profil ideal kader muslimah pemimpin yang sadar akan fitrah dan perannya sebagai seorang pelajar puteri, sekaligus sebagai anak dalam keluarga serta kelak sebagai istri dan ibu. Spirit inilah yang dibawa oleh Korps PII Wati dalam menapaki sejarah perjuangannya dalam menyiapkan kader puteri yang siap mengusung perubahan dalam membangun peradaban untuk mewujudkan kejayaan islam dan ummat islam di muka bumi dalam rangka menuju ”Bhaldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghafuur” sehingga islam dapat menjadi rahmat bagi semesta alam.

Lahirnya BO Korps PII Wati sejak tahun 1964, dimaksudkan sebagai wadah aktualisasi bagi kader-kader puteri (PII Wati) untuk turut terlibat aktif mengerahkan potensi yang dimiliki agar dapat berkarya, memberikan peran nyata bagi ummat. Dalam perjalanannya, banyak dinamika yang kemudian mewarnai pergerakan BO Korps PII Wati. Pada beberapa forum nasional, wacana peleburan pun kian hangat. Namun pada akhirnya, pada forum Muktamar Nasional yang baru saja diselenggarakan di kota Ambon, memutuskan bahwa keberadaan BO Korps PII Wati masih diperlukan eksistensinya dalam membantu pencapaian misi Pelajar Islam Indonesia (PII) ke depan.

Realitas yang ada, sudah seharusnya menjadi bahan perenungan bagi kita semua untuk menyadari sejauh mana kontribusi yang telah kita berikan. Sekaligus harus menjadi pemacu bagi BO Korps PII Wati pada berbagai tingkatan eselon untuk mematangkan diri korps, mengembangkan kualitas pengurus, intensif dalam melakukan pembinaan dan kaderisasi juga lebih kreatif serta inovatif dalam menjalankan programnya.

Korps PII Wati hendaknya memperbaharui semangat sebagai kekuatan baru bagi kita untuk menyongsong hari esok. Spirit untuk membenahi diri sehingga lebih siap dan lebih produktif berkarya untuk ummat. Sehingga peran PII Wati tidak lagi hanya sebatas wacana yang marak diperbincangkan tapi telah menjadi kerja-kerja nyata. BO Korps PII Wati sudah saatnya kembali tampil di garda depan, saling berangkul dan bersinergi dengan elemen-elemen lainnya yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk maju bersama. Apalagi ditengah kondisi saat ini, dimana perempuan terutama pelajar puteri hampir kehilangan jati diri sebagai seorang pelajar yang terdidik, bermoral dan berkhlak. Sehingga tidak sedikit dari pelajar puteri yang kemudian terjerumus pada perilaku amoral dan jauh dari nilai-nilai islam. Sebut saja aborsi yang kian marak melanda banyak pelajar puteri, penggunaan narkotika, free sex, pola hidup hedonis serta bentuk-bentuk perilaku lain yang sudah saatnya ditanggulangi bersama. Kondisi seperti inilah yang harus membuka mata kita, bahwa mereka (Pelajar/kader-kader puteri) menanti pembinaan BO Korps PII Wati.

Harapan kita bersama bahwa BO Korps PII Wati ke depan diberi keteguhan oleh Allah SWT untuk bisa mengemban amanah mulia ini. Lebih dari itu, BO Korps PII wati diberi kemudahan oleh-NYA untuk mewujudkan apa yang dicitakan bersama.

ARTI DARI LAMBANG PII WATI


 
 
 
 
 
A. Pengertian Bentuk Lambang

• Bulan Bintang di puncak kubah, menunjukkan keagungan dan keluhuran Islam sebagai cita-cita tertinggi Korps PII Wati.
• Rantai yang membentuk kubah masjid, menunjukkan Korps PII Wati sebagai bagian yang integral dari PII dan ummat Islam serta ukhuwah Islamiyah yang kokoh yang senantiasa dibangun dan mengiringi perjuangan Korps PII Wati. Berjumlah 31 menunjukkan tanggal kelahiran Korps PII Wati.
• Bunga Teratai menunjukkan keindahan budi dan ketegaran dalam berjuang mengemban tugas suci Korps PII Wati. Teratai mencakup tiga unsur yaitu tanah, air dan udara (akar di tanah, daun di air, dan bunga di udara) menunjukkan bahwa Korps PII Wati dalam menjalankan misi dan fungsinya dapat diterima diseluruh lapisan masyarakat, PII Wati harus mampu menjalankan 3 peran utama dalam kehidupannya yaitu sebagai anak, istri dan ibu sebagai kader muslimah pemimpin yang mampu membentuk generasi robby rodliya. Teratai merupakan lambang kebijaksanaan yang terdiri dari mahkota dan kelopak bunga yang berjumlah 7 (tujuh) menunjukkan bulan ketujuh (bulan Juli), sebagai bulan lahir Korps PII Wati.
• Kitab menunjukan landasan ideal Korps PII Wati yaitu Al-qur’an dan Al-Hadits sebagai pedoman dalam melakukan aktifitas geraknya.
• 6 lilitan tali dan 4 pena menunjukkan bahwa Korps PII Wati senantiasa mengajak anggotanya untuk menjadi manusia pembelajar dan berbudaya yang selalu istiqomah terhadap prinsip-prinsip Islam.
• Pita yang bergelombang menunjukkan bahwa Korps PII wati adalah organisasi yang dinamis dan fleksibel. Tulisan “KORPS PII WATI” pada pita menunjukkan identitas organisasi.
• Bentuk dasar elips, menunjukkan bahwa Korps PII Wati siap membentuk generasi masa depan yang paripurna.

B. Pengertian Warna Lambang

• Warna Biru pada bentuk dasar menunjukkan keluasan ilmu pengetahuan yang senantiasa melingkupi setiap anggota Korps PII Wati dan menjadi bekal dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam di muka bumi.
• Warna Kuning pada bulan bintang menunjukkan kecemerlangan ide Korps PII Wati dalam melakukan misi transformasi pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam.
• Warna Orange pada pena menunjukkan bahwa Korps PII Wati sebagai badan Otonom PII yang dapat mengelola rumah tangganya sendiri secara mandiri dan kreatif.
• Warna Hijau pada kelopak bunga dan tali menunjukkan Korps PII Wati merupakan organisasi yang hidup dan mampu membentuk generasi masa depan sebagai kader-kader muslimah pemimpin.
• Warna Merah Putih pada pita menunjukkan Korps PII Wati sebagai bagian dari Bangsa dan negara Indonesia dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap Bangsa Indonesia sebagai ruang gerak dan wilayah dakwahnya.

C. Makna Lambang

Korps PII Wati

“Membentuk pelajar muslimah pemimpin yang mampu mengemban misi transformasi pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam”.

PENCAK SILAT BELA DIRI PII





Pencak Silat Bela Diri Pelajar Islam Indonesia (PSBD PII) lahir di Purwakarta, Jawa Barat, atas inisiatif Bang Eddi Jaya dan Korpus Brigade PII sekitar tahun 90-an. Pentingnya kemampuan bela diri guna melindungi diri dan ideologi organisasi menjadi dasar PSBD ini dibentuk sebagai Badan Otonom organisasi pelajar tersebut. Keseriusan ini dapat dilihat dengan wajibnya materi PSBD dimasukkan pada LBTD (Latihan Brigade Tingkat Dasar) dan LBTL (Latihan Brigade Tingkat Lanjut).
Berbekal kemampuan bela diri yang dipelajarinya di beberapa perguruan pencak silat ditambah kerasnya pengalaman hidup yang dilakoninya, Bang Eddi Jaya telah mampu menjadikan PSBD sebagai wadah pencak silat yang melahirkan banyak petarung. Tentunya PSBD telah sempurna menjadi seni bela diri dan menyerang. Dalam pelatihannya, PSBD mengajarkan teknik pembelaan praktis (jurus bela diri praktis) yang berupa pembelaan pukulan, pembelaan tendangan, pembelaan serangan dengan senjata, hingga pembelaan kuncian. Di sisi lain teknik serangan pukulan, tendangan, sapuan dan guntingan tidak luput diajarkan.
Di dalam teknik PSBD, kita diajarkan pembelaan serangan sekaligus anti dari pembelaan serangan tersebut. Lebih lanjutnya kita pun diajarkan teknik lapisan dari anti pembelaan di atas. sebagai contoh si A memukul, si B melakukan pembelaan. Lalu si A menggunakan teknik anti pembelaan, si B dapat menggunakan lapisan sebagai pembelaan dari anti pembelaan tersebut.

Berikut salah satu tekniknya:
A melakukan serangan pukulan tangan kanan.
B menggunakan Jurus Pembelaan Pukulan.
•Tangkis lalu tangkap tangan kanan lawan dengan tangan kiri bersamaan memajukan kaki kanan serong ke depan lalu pukul ulu hati lawan dengan tangan kanan.
•Kaki kanan pindah posisi ke belakang kaki lawan, lalu tangan kanan mencengkram leher lawan & mendorong ke depan kuat-kuat (membanting).

A menggunakan Anti Jurus Pembelaan
•Sambut tangkapan lawan dengan mengubah posisi kuda-kuda (dari kuda-kuda samping kanan menjadi kuda-kuda pengkang dan kaki kiri lebih menghadap lawan).
•Kemudian tangan kiri menebas ke arah leher lawan bersamaan dengan kaki kiri menyapu ke depan.

B menggunakan Lapisan Anti Jurus Pembelaan
•Tangkap tangan kiri lawan yang hendak menebas leher, lalu kaki kanan menendang (dengan tendangan belakang) kemaluan lawan .

Demikian sekelumit cerita tentang PSBD PII, walau mungkin kini PSBD hanya sebuah masa lalu dari anak-anak PII. Namun yang terpatri dan tak pernah mati tentunya Bela Diri Bang Eddi Jaya.

Sabtu, 12 Februari 2011

Kegiatan LBT SILUBA (Lhung Bata)

Panitia Mempersiapkan Lokasi Training

Panitia Mempersiapkan Lokasi Training

Panitia Mempersiapkan Lokasi Training

Panitia Mempersiapkan Lokasi Training

Panitia Mempersiapkan Lokasi Training
Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Panitia Mempersiapkan Lokasi Training

Panitia Mempersiapkan Lokasi Training




Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata


Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Instruktur Mengarahkan Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Panitia Melepas Lelah

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Pemandangan Lokasi Training

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Panitia Melapas Lelah dgan FBan

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Komandan Brigade dan Para Insturtur

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Panitia Meperbaiki Tempat Wudhuk

Panitia Meperbaiki Tempat Wudhuk

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata

Kegiatan Peserta LBT Lhung Bata


Panitia Membersihkan Ruangan Kelas

Mtsn 2



Mtsn 2

Mtsn 2